
Tulungagung – Di Desa Rejotangan, tangan-tangan kecil anak-anak tampak sibuk membentuk tanah liat menjadi mangkuk dan vas kecil. Di tengah tawa mereka, para pengrajin lokal dengan sabar membimbing. Kegiatan itu bukan sekadar bermain tanah, tetapi bagian dari program eduwisata budaya yang kini dikenal dengan nama Pawon Gerabah.
Pawon Gerabah lahir dari gagasan dua pelajar SMAN 1 Kedungwaru, Diyah Annisa Madinata dan Miftahul Bilqis Almaghfira, yang ingin menghidupkan kembali tradisi pembuatan gerabah khas Rejotangan. Mereka bekerja sama dengan pengrajin lokal, guru, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tulungagung untuk menciptakan wisata edukatif yang mampu menyatukan nilai budaya, pembelajaran, dan ekonomi masyarakat.
Program ini tidak sekadar memberi pengalaman baru bagi peserta, tetapi juga memberdayakan warga desa. Anak-anak diajak membuat gerabah, mewarnai, dan mengenal filosofi di balik prosesnya. Hasil karya mereka bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Para pengrajin mendapatkan tambahan penghasilan, sementara peserta memperoleh pengalaman yang mendalam tentang budaya.

Gambar Anak-anak belajar membuat gerabah dari ahlinya
Pawon Gerabah kini telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU resmi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, SDN 1 Kampungdalem, dan RA Nahdatul Walid sebagai sekolah mitra pelaksana. Hingga kini, program ini telah melibatkan lebih dari seratus peserta dari berbagai jenjang usia.

Penandatanganan MoU dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung
Dari hasil survei, 96,3 persen responden menyatakan bersedia berpartisipasi dalam kegiatan ini, dengan rata-rata kesediaan membayar Rp60.000 per anak. Berdasarkan perhitungan Travel Cost Method, program ini diperkirakan dapat menghasilkan sirkulasi ekonomi lokal sebesar Rp42 hingga Rp64 juta per tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa kegiatan berbasis budaya tidak hanya memiliki nilai edukatif, tetapi juga mampu menggerakkan ekonomi mikro di tingkat komunitas.

Selain kegiatan utama berupa workshop dan tur budaya, tim Pawon Gerabah juga tengah mengembangkan Pawon Market sebagai pusat penjualan produk gerabah lokal sekaligus ruang pelatihan bagi pengrajin muda. Dana hasil kegiatan dialokasikan untuk pelatihan, promosi digital, dan pengembangan fasilitas produksi.
Melalui pendekatan yang sederhana namun bermakna, Pawon Gerabah berupaya menjembatani generasi muda dengan warisan budaya daerahnya sendiri. Program ini menjadi contoh bagaimana tradisi bisa tetap hidup di tengah kemajuan zaman, ketika tangan muda dan tangan tua bekerja bersama untuk menjaga nilai yang lahir dari tanah sendiri.